Ada tiga fasilitas yang digunakan untuk mengatur eksposur (pencahayaan) di kamera: shutter (rana), aperture (diafragma), dan ISO. Ketiga fasilitas ini dikenal dengan istilah Segitiga Eksposur.
Cara kerja ketiganya seperti analogi keran air berikut ini:

Aperture – Bukaan keran air bekerja seperti bukaan aperture. Semakin besar keran dibuka air yang keluar semakin besar. Dalam konteks eksposur, semakin besar aperture dibuka intensitas cahaya yang masuk ke kamera pun semakin besar. Sebaliknya, aperture dibuka makin sempit intensitas cahaya yang masuk ke kamera semakin sedikit.
Aperture bukaan lebar umumnya dipakai saat memotret di kondisi minim cahaya atau ingin mendapatkan kecepatan shutter yang lebih tinggi. Kalau intensitas cahaya saat pemotretan kuat, misal di bawah terik matahari, kita akan lebih leluasa untuk menggunakan aperture bukaan sempit.
Kecepatan Shutter – Kecepatan shutter bekerja seperti waktu buka tutup bukaan keran air. Keran air dibuka cepat maka air yang keluar sedikit. Keran air dibuka lama air yang keluar pun makin banyak.
Di siang hari, saat intensitas cahayanya kuat, kecepatan shutter yang digunakan cenderung tinggi. Saat kondisi cahayanya minim, kecepatan shutter akan cenderung lambat.
Nilai ISO – Kecepatan ISO bekerja seperti prinsip gelas air. ISO rendah berarti kita seperti menggunakan gelas berukuran besar. Air (cahaya) yang ditampung pun bisa lebih banyak. Dengan ISO rendah, foto yang dihasilkan pun akan memiliki kualitas teknik yang lebih tinggi. Foto terhindar dari masalah noise. Karena itu, usahakan memotret dengan ISO serendah mungkin untuk mendapatkan foto kualitas terbaik.
ISO tinggi bekerja seperti gelas berukuran kecil. ISO tinggi ini umumnya terpaksa dipakai saat memotret di kondisi minim cahaya. Resikonya, penggunaan ISO tinggi dapat menimbulkan masalah noise pada foto.