JarakPandang.Com – Harus diakui, teknologi yang ditanam pada ponsel terbaru saat ini sudah amat sangat canggih. Termasuk teknologi kameranya. Bayangkan, saat diminta teman untuk mencoba ponsel Huawei P9-nya, saya bisa membuat foto seperti contoh di atas ini, air mengalir jadi lembut seperti kapas, hanya dengan bermodal mini tripod. Padahal, motretnya dilakukan di siang bolong.
Caranya pun mudah. Cukup memilih mode Sliky Water yang ada pada menu Light Painting.
Dengan kamera beneran, pemotret yang sudah berpengalaman pasti paham kalau untuk dapat foto seperti di atas di siang hari modal tripod saja tidak akan cukup. Dengan kombinasi aperture paling sempit dan ISO terendah pun tidak akan bisa mendapatkan kecepatan shutter di bawah 2 detik tanpa hasil foto yang over-exposed.
Padahal, dengan Huawei P9 foto ini diambil selama 8 detik. Eksposurnya tetap pas, sempurna. Tidak perlu lagi melengkapinya dengan filter Neutral Density (ND), yang bisa dipakai untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke kamera, yang umum dipakai oleh para fotografer landskap untuk mendaptakan foto yang serupa. Melihat kemampuan yang seperti ini, membawa ponsel sudah seperti membawa kotak ajaib saja.
Mengapa Kamera Ponsel Bisa Melakukannya?
Jawabannya tidak bisa lepas dari bagaimana fitur Light Painting (atau Silky Water) pada Huawei P9 tersebut bekerja.
Dengan prosesor yang canggih, ponsel high-end berkemampuan menggabungkan banyak layer foto secara otomatis dalam sekejap. Saat kita memakai mode Silky Water selama 8 detik, sebenarnya ponsel ini mengambil banyak foto dengan masing-masing waktu eksposurnya ½ detik, lalu foto-foto itu diolah dan digabungkan secara otomatis oleh ponsel untuk mendapatkan satu foto seperti contoh di atas. Yang terpenting posisi ponsel selama 8 detik tersebut sama, tidak berubah, maka objek yang diam akan tetap tajam. Contohnya, objek batu pada foto tersebut.
Bukti mode tersebut bekerja dengan menggabungkan banyak foto yang waktu eksposurnya ½ detik dapat dilihat dari foto di bawah ini!
Dengan mode Light Painting, yang bekerja dengan prinsip yang sama, saat dipakai untuk memotret lalu lintas Jakarta dengan waktu eksposur 3,5 detik, jejak lampu mobil yang dihasilkan pendek putus-putus. Kalau dengan kamera beneran, untuk satu foto dengan waktu eksposur 3,5 detik, jejak lampunya harusnya panjang tanpa putus.
Karena itu, untuk mendapatkan jejak lampu lebih panjang, waktu eksposurnya harus lebih lama. Konsekuensinya, bakal ada area foto di mana cahayanya akan berlebihan. Tantangan membuat foto lalu lintas dengan eksposur sempurna dengan mode Light Painting jauh lebih sulit dibanding foto air seperti di atas.
Rekayasa “Bokeh” di Mode Makro
Prinsip penggabungan beberapa foto juga berlaku pada rekayasa “bokeh” di mode makro. Mengapa bisa dibilang rekayasa? Padahal, fitur di kamera tersebut selalu menawarkan bukaan aperture besar f/2.0 sebagai salah satu gimmick utamanya.
Dengan sensor kecil, penampang aperture terlebarnya pun sebenarnya tetap sempit. Luas bukaan aperture f/2.0 pada ponsel sebenarnya ekuivalen dengan bukaan f/8 atau f/11 pada kamera bersensor besar. Karena itu, kita tidak akan bisa mendapatkan efek bokeh yang optimal kecuali memotretnya dari jarak yang sangat-sangat dekat.
Kalaupun produsen ponsel bicara “bokeh”, efek blur di luar titik fokus tersebut sekadar rekayasa digital saja. Kenyataannya, ponsel mengambil dua layer foto dengan satu objek tajam dan satunya blur. Kedua foto tersebut lalu digabungkan di dalam ponsel dengan bagian yang tajam berada di radius yang terbatas dari titik fokusnya.
Kalau dengan kamera konvensional, efek bokeh bekerja berdasarkan jarak jauh-dekatnya dengan lensa terhadap titik fokus.
Walaupun gimmick yang jadi bahan jualannya rekayasa, kemampuan fitur kamera pada ponsel tetaplah tidak bisa dipandang sebelah mata. Bukan hanya untuk penghobi, kemampuan ini pun sudah bisa dipakai untuk kebutuhan yang lebih serius. Kalau hanya untuk digunakan untuk pemberitaan secara online, hasilnya sudah lebih dari cukup. Apalagi, kalau untuk sekadar dokumentasi sehari-hari. Jadi, jangan anggap remeh kotak ajaib berukuran kecil ini. Ini eranya untuk lebih banyak beraksi dengan teknologinya.