JarakPandang.Com – Waktu tawaran itu datang, hal pertama yang disampaikan ke Mbak Paulin, dari Elexmedia, “Saya sudah nggak ada kamera DSLR, loh, Mbak. Sekarang, pegangnya cuma kamera mirrorless kecil, sensornya micro four third.”
Karena lama tidak terpakai, setahun cuma kepakai tidak lebih dari dua kali, kamera DSLR, lensa, dan sistem flash-nya akhirnya dilepas borongan ke teman fotografer kantor semuanya.
Hanya menyisakan satu kamera mirrorless Lumix GX7 dengan lensa Lumix 14 mm dan 20 mm saja. Menurutku, untuk sekadar dokumentasi dan teman perjalanan kamera kecil ini sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Apalagi, di tahun 2015 saya lagi demen-demennya bersepeda. Bawa kamera besar pasti nggak nyaman dan bikin berat saja.
“Tapi, hasilnya pasti bagus, kan, Mas?” tanya Mbak Paulin.
“Untuk kebutuhan ilustrasi di buku, yang dicetak tidak lebih besar dari kertas ukuran A4, hasilnya sudah lebih dari cukup, kok, Mbak,” jawabku.
“Apalagi, motretnya kan pakai tambahan lampu. Saya ada beberapa lampu flash manual kecil yang nanti bisa di-set seperti motret di studio, kok. Hasilnya nanti hampir sama saja dengan kamera DSLR profesional. Kalau fotonya hanya digunakan untuk di buku saja,” jawabku lagi untuk lebih meyakinkan.
Ya! Untuk buku resep pembuatan Char Po, Character Bakpao, yang ditulis oleh Diana Cahya bekerja bareng dengan Penerbit Elexmedia, pemotretan dilakukan dengan kamera mirrorles bersensor micro four third dengan bantuan tiga flash manual dan trigger PT-04 NE yang murah-meriah saja.
Pekerjaan profesional, terkadang tidak harus pakai perlengkapan profesional berteknologi paling tinggi. Kalau kita punyanya baru kamera kelas amatir, kamera kelas pemula, tidak jadi masalah. Kuncinya, kuasai teknik fotografinya dengan baik, paham seperti apa kemampuan kamera tersebut, kita pasti akan bisa memaksimalkannya.
Di lain waktu, bahkan pernah motretin prewed temen dengan kamera saku PowerShot S95, padahal yang dipotretin pegangannya malah 5D Mark II, dan yang difotoin puas-puas saja