JarakPandang.com – Setiap kali mobil double cabin warna putihnya melintas di jalan Trans Papua Barat, yang menghubungkan Manokwari dengan Sorong, Anto, Delila, dan anak-anak Kampung Jandurau lainnya yang melihatnya akan langsung melambaikan tangan dan berteriak, “Rino! Rino! Rino!”
Anak transmigran asal Trenggalek yang bernama asli Riyono tersebut, yang oleh warga Pegunungan Kebar dipanggil “Rino”, menjadi saksi nyata perubahan jalan penghubung di pedalaman Papua Barat. Terutama jalanan di wilayah Pegunungan Kebar.
Mengenal Papua dari umur enam tahun, Rino sudah lebih dari 15 tahun masuk-keluar wilayah Pegunungan Kebar menjadi pengemudi mobil sewaan.
“Tidak sembarang mobil bisa digunakan di Kebar. Minimal harus pakai mobil 4WD untuk bisa menaklukkan tanjakan Pegunungan Kebar. Seperti Hilux Double Cabin miliknya” ujar Rino.
Menurut cerita Rino, “Dulu, untuk bisa sampai Kebar dari Manokwari, perjalanan bisa 2-4 hari. Baru dua tahun terakhir ini saja, setelah jalan Trans Papua Barat diperbaiki dan diaspal, perjalanan bisa ditempuh dalam waktu empat jam.”
“Rino sangat dikenal di sepanjang Pegunungan Kebar. Bahkan, sangat dicintai oleh warga Kebar, sudah dianggap seperti saudara sendiri. Karena Rino, warga kebar dari dulu bisa menjual hasil bumi warga pedalaman Pegunungan Kebar keluar, menjual kacang Kebar” ujar Aser Aruam, warga Jandurau, Papua Barat.