“Angkat kakinya!”
“Ya. Bagus. Sekali lagi!”
“Kamu pasti bisa!”
“Bagus. Hebat.”
Pekikan berlanjut pujian seperti itu terus keluar berulang-ulang dari Parli Tunena untuk menyemangati Kitaro yang masih takut-takut, berulang kali mengatakan tidak bisa kala harus melakukan gerakan tendangan Muay Thai yang diajarkannya.
Ya! Tujuan Parli membuat kelas Muay Thai untuk murid-muridnya di Sekolah Tri Dharma, Manado, yang berlangsung setiap Sabtu, saat sekolah sedang libur sederhana. Anak-anak itu punya pilihan aktivitas yang bisa melatih fisik mereka.
“Harus ada pilihan lain. Supaya anak-anak itu tidak hanya berdiam diri di rumah, tenggelam ke dalam gadget yang jadi permainan favorit teman sebaya mereka” katanya.
“Gerakan Kitaro yang kikuk untuk sekadar melakukan gerakan pukulan dan tendangan yang paling sederhana jadi penandanya. Sensor motorik anak-anak di sekolah tempatnya mengajar olahraga banyak yang tidak terlatih. Karena mereka kurang beraktivitas fisik dalam keseharian mereka” ujar Parli.
Pertemuan dengan Parli ini tidak disengaja. Saat jalan-jalan melihat Klenteng Ban Hin Kong, klenteng tertua di kota Manado, Jarak Pandang bertemu dengannya. Yangmana, lokasi latihannya bersebelahan dengan klenteng.
Dibantu tiga orang murid seniornya, salah satunya adalah Nathanael Lambiu, 13 tahun, Muay Thai yang seharusnya punya sifat keras diajarkannya dengan pendekatan yang beda. Biar tertarik, senang dengan Muay Thai, anak-anak itu tidak dilatih menahan pukulan. Dirinya hanya membuat anak-anak itu melakukan gerakan memukul, menendang, sebanyak-banyaknya untuk melepaskan energi dan emosi mereka. Anak-anak itupun menikmatinya.
Sebagai mantan atlit Sanshou yang pernah mewakili Sulawesi Utara di Pra-PON 2010 dan sekarang ini sedang mempersiapkan diri untuk One Fighting Championship Asia, dirinya masih bisa meladeni keisengan-keisengan Alan. Salah satu muridnya. Membuat Alan tetap bisa tersenyum, tertawa, betah selama dalam latihannya.
Suasana menyenangkan itu juga yang membuat Meichan, 9 tahun, satu-satunya murid perempuan di kelas itu, betah.